mmmmm..... pantai, ya pantai, kayaknya hanya pantailah tempat yang mampu membuat aku merasa damai dan tak aneh jika aku pergi sendirian. Kuambil jaket, lalu ku sambar kunci dan menuju garasi. Ku kendarai mobil mama yang nganggur disana, papa dan mama lagi keluar kota, jadi aku bisa keluar dan mengendarai mobilnya dengan leluasa.
Terik panas masih menyengat walaupun waktu sudah menjelang sore. Namun tak membuat manusia-manusia berhenti beraktivitas, meskipun di bawah terik matahari yang mampu membakar kulit. Jalan-jalan macet seperti biasanya, dipenuhi mobil merk ternama ataupun yang sudah tak layak di kendarai.
Lalu di depan kulihat pemandangan lain lagi. Pedagang kaki lima duduk lesu menunggu pelanggan. Krisis yang melanda membuat banyak orang hati-hati melakukan pengeluaran bahkan untuk membeli jajan pasar. Walaupun tak seorangpun menghampirinya, namun dia tetap semangat menyapa orang-orang yang lewat dan akhirnya ada juga satu orang pembeli menuju kearahnya.
Sekilas kulihat orang itu kok mirip sekali dengan Ricky. Kugosok-gosok mataku, meyakinkan pandanganku. Ku tepikan mobilku, lalu aku berhenti ditepi jalan itu dengan setengah berlari, aku mengejar sosok itu.
Ah.. kendaraan sore ini banyak sekali, sehingga membuat aku kesulitan untuk menyebrang jalan ini, dengan nafas tersengal cengah, kujamah bahunya.
“Ky..!” seruku tiba-tiba sehingga membuatnya terkejut.
“Anda siapa?” tanya Ricky pura-pura tidak mengenalku.
“Ky, meskipun kamu jadi gembel aku akan tetap mengenalmu.” Jelasku kesal.
“Sudahlah Sophia, jangan membuatku terluka lagi.” Tukasnya begitu sinis seraya beranjak pergi.
“Ky.. Ky.. kenapa kamu tak pernah mau mendengarkan penjelasanku !” teriakku sekeras-kerasnya. Namun bayangan Ricky semakin menjauh dan akhirnya tak kelihatan.
-----------------------------------------------
Ricky, Tio dan aku adalah sahabat karib dari kecil. Setelah tumbuh besar, aku tetap menganggap Ricky sebagai sahabat karibku dan sahabat terbaikku. Tapi Ricky memiliki perasaan berbeda dari persahabatan kami. Yang kau cinta adalah Tio. Ini yang membuat Ricky menjauhiku. Tapi yang Tio cinta bukan aku tapi Suny, teman sekelasnya.
Cinta, sulit di tebak kapan dan dimana dia berlabuh. Banyak orang tak bisa menerima jika cintanya di tolak, tapi bukankah cinta tak bisa di paksa?
Tak mendapatkan cinta Tio tak membuatku menjauh darinya, tapi aku akan tetap menjadi sahabat terbaiknya, walaupun ada sedikit rasa tidak puas. Kadang rasa cemburu mengganggu hati kecilku, saat ku tahu untuk pertama kali orang yang dicintai Tio adalah orang lain.
Aku harus bisa menerima keputusanya walaupun terasa berat. Bukankah kebahagiaan kita adalah melihat orang yang kita cintai hidup berbahagia baik bersama kita atau tidak.
Tapi tidak dengan Ricky, dia lebih memilih meninggalkanku, mengakhiri persahabatan manis kami, pergi dan aku tak pernah tahu kabarnya. Tapi apapun yang terjadi, aku akan selalu berharap suatu saat kami akan dipertemukan lagi. Karena bagiku cinta dan persahabtan adalah dua ikatan yang sama. Ikatan yang tak satupun membuat aku tak bisa memilih satu diantaranya.
-----------------------------------------------
Sudah satu minggu, setiap hari aku pergi kepersimpangan ini, berharap bisa melihat sosok Ricky lewat di sekitar sini lagi. Tapi Ricky hilang bagai di telan bumi, aku hampir putus asa.
Aku sudah capek menunggu, akhinya aku bangun dan ingin beranjak pergi, kenpa tiba-tiba indra keenamku memberiku insting kalu Ricky ada di sekitarku. Ku balikkan kepala, kulihat sosok Ricky setengah berlari menyebrang jalan di belakang posisiku. Aku berlari mengejar sosok itu. Kuikuti dia dari belakang. Aku ingin tau dimana dia berada sekarang.
Akhirnya kulihat Ricky masuk kesebuah gang kecil, kuikuti terus, sampai akhirnya dia masuk kerumah yang sangat sederhana.
“Kenapa Ricky memilih hidup didsini dari pada dirumah mewah orangtuanya?”
“kenapa dia tinggalakan kehidupanya yang didambakan banyak orang?”
“Kenapa semua ini dia lakukan?”
“Kenapa?”
Banyak pertanyaan yang tiba-tiba muncul dalam kepalaku.
Setelah dia masuk kurang lebih 10 menit, aku masih berdiri terpaku dalam lamunanku dengan pertanyaan-pertanyaan yang jawabanya ada pada Ricky. Aku di kejutkan suara seekor anak anjing jalanan yang tiba-tiba menggonggong. Aku memberanikan diri memencet bel didepan rumahnya itu.
“siapa?” terdengar suara dari balik pintu. Aku diam tak memberi jawaban. Setelah beberapa saat aku lihat Ricky pelan-pelan membuka pintu, nampak terkejutnya dia melihat aku berada didepannya.
“Ky.. boleh aku masuk?” tanyaku hati-hati.
“Maukah kamu memberikan sahabatmu ini segelas air putih?” ujarku lagi.
Tanpa bicara Ricky mengisyaratkan tangannya mempersilahkan aku masuk. Aku terpana, kulihat rumah yang terttata rapi. Rumah kecil dan sederhana ini ditatanya begitu rapi, begitu nyaman, kulihat rangkaian bunga matahari plastik terpajang disudut ruangan itu.
“Ricky, kamu tak pernah lupa, aku adalah pengagum bunga-bunga matahari.” Gumamku.
Dan sebuah akuarium yang dipenuhi ikan warna warni, rumpu-rumput dari plastik dan karang-karang didalamnya. Ricky tau betul aku pengagum keindahan pantai dan laut. Walaupun hal-hal ini dahulunya setahuku kamu tak meyukainya. Kulihat juga banyak foto persahabtan kaami yang dibingkainya dalam bingkai kayu yang sangat indah, terpajang di dinding ruang tamu ini.
Bulir-bulir air mataku perlahan-perlahan mulai tak mampu aku bendung. Aku benar-benar terharu dengan semua yang Ricky lakukan. Begitu besar cinta Ricky buatku. Kupeluk dia, yang aku sendiri tak tau, apakah pelukan ini adalah pelukan seorang sahabt ataupun sudah berubah menjadi pelukan yang berbeda.
Ricky kaget, namun akhirnya dia membalas pelukanku dan memelukku lebih erat lagi, seakan-akan ingin menumpahkan segala rindu yang sudah hampir tak terbendung dalam hatinya. Kami menghabiskan sore ini dengan berbagi cerita pengalaman kami masing-masing selama perpisahan yang hampir 2 tahun lamanya dan akhirnya Ricky mengajakku makan kesebuah restoran kecil yang sering dikunjunginya seorang diri dideket rumahnya. Terdengar alunan tembang-tembang romantis. Suasana hening membuat kami terbuai dalam hangatnya suasana malam itu.
-----------------------------------------------
Sekarang Ricky sudah tau, Tio sudah bersama Sany. Kami sekarang menjadi 4 sekawan. Sani juga telah menjadi anggota genk kami. Ternyata setelah aku mengenalnya lebih lama, Sany adalah sosok yang sangat baik hati, menyenangkan, ramah dan peduli dengan sahabat. Oh... menyesal aku tak mengenalinya lebih lama sejak dulu.
“Ky.. biarlah semuanya berjalan apa adanya, mungkin cinta akan pelan-pelan muncul di hatiku.” Ujarku suatu hari saat Ricky mengungkit masalah ini lagi.
“Oke, aku akan selalu menunggumu, karena tak akan ada seorangpun yang mampu mebuatku jatuh cinta, hanya kamu yang mampu membuatku damai, tenang dan bahagia.” Jelasnya panjang lebar.
Sekarang aku memiliki tiga orang sahabt baik. Tak akan ada lagi hari-hariku yang ku lalui dengan kesendirian dan kerinduan.
Hampir setiap akhir pekan kami menghabiskan waktu bersama. Ke pantai, ke puncak ataupun hanya sekedar berkaraoke dirmah Ricky. Hidup dengan tali persahabtan yang hangat, membuat hidup semakin berarti dan lebih bahagia.
Waktu berjalan begitu cepat, tiga tahun sudah berlalu. Kebaikan-kebaikaan Ricky mampu membuat aku merasa butuh dan suka akan keberadaanya di sampingku. Rasa itu pelan-pelan ku sadari tumbuh dalam hatiku.
Aku jatuh hati padanya setelah melalui banyak peristiwa. Cinta datang, dalam dan dengan kebersamaan. Apalagi dengan sikap dan perbuatan yang ditunjukan. Membuat aku merasa tak kan ada cinta laki-laki lain yang sedalam Ricky. Sekarang Ricky bukan hanya kekasih yang paling aku cintai tapi juga seorang sahbat sejati dalam hidupku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar